Oleh: Yosi Novrinda, S.Pd.,Gr.

Gambar: Majelis guru dan siswa-siswi SMP Negeri 1 Mandah
membaca Al-Qur’an di bulan suci Ramadhan
Kehadiran bulan suci Ramadhan merupakan sesuatu yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang penuh ampunan ini selalu dinantikan kehadirannya, bahkan menjadi sesuatu yang hari-harinya sangat dirindukan akan keberadaannya. Bukan tanpa sebab, karena keberadaan Ramadhan selalu berkaitan dengan kemuliaan yang menyertainya. Berkaitan dengan salah satu diantara banyak kemuliaan bulan suci Ramadhan, baginda Rasulullah, SAW pernah bersabda,” Man shama Ramadhana iymanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min zanbih” yang artinya, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan penuh keimanan dan mengharapkan ampunan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya dimasa lalu (HR. Bukhari).
Dari hadits tersebut, sejalan dengan kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT melalui firmannya dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183 yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa, pada dasarnya adalah suatu perintah yang sekaligus memiliki amat banyak kemuliaan bagi siapa saja yang menjalankannya.
Diantara kemuliaan puasa Ramadhan tersebut yaitu akan mendapatkan ampunan dari Yang Maha Pengampun yakni Allah SWT. Siapa saja yang menginginkan ampunan Allah, maka hendaknya di bulan suci Ramadahan ini untuk melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan harapan ampunan Allah SWT. Kemudian disempurnakan dengan amalan-amalan lainnya seperti sedekah, menghidupkan malam-malam Ramadhan, membaca Al-Qur’an, beri’tiqaf di masjid, serta amalan-amalan kebaikan lainnya yang pada hakikatnya akan berpeluang mendapatkan pahala yang berlipatganda dari Allah SWT.
Perlu digarisbawahi bahwa, menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan pada hakikatnya adalah menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang sesuai dengan tuntunan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah SAW. Tidak cukup hanya sebatas menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi jauh daripada itu puasa Ramadhan harus benar-benar dilaksanakan dengan niat dan keyakinan yang kuat sekaligus sebagai perisai untuk tidak melakukan hal-hal yang turut dapat merusak pahala puasa itu sendiri.
Sebagaimana disabdakan oleh baginda Rasulullah, SAW yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah Ra, yang artinya, “betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga”. Hadits di atas menjelaskan bahwa puasa yang tidak berkualitas itu akan menjadi sesuatu amalan yang sia-sia. Karena tidak sedikitpun mendapatkan hakikat dari puasa tersebut, melainkan hanya haus dan lapar.
Oleh sebab itu penting bagi kita untuk menjaga kualitas puasa Ramadhan, agar benar-benar menjadi amalan yang diridhai serta menjadi sebab diampuninya dosa-dosa yang telah dilakukan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Untuk mengupayakan agar kualitas ibadah puasa berjalan dengan baik, maka perlu kiranya untuk menghindari dari hal-hal yang dapat merusak kualitas ibadah puasa itu sendiri apalagi sampai membatalkannya. Diantara hal-hal yang dapat merusak pahala puasa Ramadhan sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas Ra antara lain, berbohong (dusta), menggunjing (ghibah), mengadu domba (namimah), sumpah palsu, dan memandang lawan jenis dengan nafsu (syahwat).
Sebaliknya mengingat kehadiran Ramadahan hanya satu bulan dalam satu tahun, maka mari kita manfaatkan kesempatan yang ada ini dengan memaksimalkan amalan-amalan yang disyariatkan sembari meningkatkan penghambaan kita kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dengan semangat menjalankan amalan di bulan suci Ramadahan, kita nantinya tergolong hamba-hambaNya yang bertaqwa dan pada akhirnya akan ditempatkan di surganya Allah SWT untuk kehidupan yang kekal abadi selama-lamanya. Amin
